Kamis, 02 Juni 2011

BASIC SAFETY TRAINING


I. PENGENALAN, KESELAMATAN DAN BERTAHAN HIDUP
1. Petunjuk Keselamatan
Penyelamatan jiwa manusia di laut merupakan suatu pengetahuan praktis pelaut yang menyangkut bagaimana cara menyelamatkan diri maupun orang lain.
a. Terbakar
b. Tubrukan
c. Kandas
d. Bocor
e. Tenggelam
Di dalam proses penyelamatan jiwa, baik para penolong maupun yang ditolong harus memahami :
a) Cara menggunakan alat-alat penolong yang ada di kapal dan tehnik pelaksanaannya.
b) Persiapan – persiapan dan tindakan – tindakan yang harus diambil sebelum, selama terapung dan bertahan di laut.
c) Tindakan – tindakan pada waktu naik sekoci / rakit penolong.
d) Tindakan – tindakan selama terapung dan bertahan di laut.
e) Penyelamatan jiwa manusia dan memberikan pertolongan kepada kepada orang lain yang berada dalam bahaya adalah kewajiban dan tanggung jawab sebagai dasar dari konvensi Internasional (SOLAS ’74) bab V. Peraturan 10, tentang berita – berita bahaya, kewajiban dan prosedur.
2. Prinsip Bertahan Hidup di Laut
a. Berusaha untuk tetap hangat, jika mungkin untuk tetap kering
b. Jangan berenang kecuali sangat diperlukan
c. Gunakan perlengkapan survival sesuai dengan petunjuk.
d. Gunakan peralatan yang anda temukan
e. Jangan makan / minum bahan – bahan yang mengandung alkohol
f. Jangan minum urin atau air laut karena akan menambah kebutuhan air / haus.
II. KEADAAN DARURAT
1. Faktor – faktor yang menyebabkan keadaan darurat :
a. Faktor Manusia
b. Faktor Tehnis
c. Faktor Alam
2. Macam – macam keadaan darurat
a. Tubrukan.
b. Kandas / Terdampar.
c. Reaksi Muatan Bahaya.
d. Pengerasan Muatan.
e. Kebakaran Kamar Mesin.
f. Kebakaran.
g. Tenggelam.
1. Tindakan Preventif Untuk Mencegah Kecelakaan atau Kondisi Darurat.
a. Badan kapal dan mesin harus kuat dan memenuhi syarat sesuai ketentuan yang ditetapkan.
b. Peralatan dan perlengkapan harus yang baik dan terpelihara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
c. Berita cuaca harus di pantau dengan baik setiap saat.
d. Anak buah kapal berdisiplin yang tinggi, dan mampu bekerja sama.
e. Anak buah kapal harus mempunyai kemampuan fisik, mental yang kuat, terdidik dan terampil.
2. Perencanaan dan Persiapan Keadaan Darurat
Ada 4 (Empat) Petunjuk Perencanaan Yang Perlu diikuti :
a. Pusat Komando
Kelompok yang mengontrol kegiatan dibawah pimpinan nahkoda atau perwira senior serta dilengkapi perangkat komunikasi internal dan eksternal.
b. Satuan Keadaan Darurat
Kelompok pendukung dibawah seorang perwira harus siap membantu kelompok induk atas perintah pusat komando.
c. Satuan Pendukung
Kelompok ini di bawah seorang perwira harus membantu kelompok induk, dengan perintah pusat komando, jenis bantuan pendukung seperti : Peralatan, Pembekalan Medis, Alat Bantu Pernafasan Dll.
d. Kelompok Ahli Mesin
Kelompok ini dibawah seorang engineer / senior engineer, memberi bantuan atas perintah pusat komando. Tanggung jawab utama di kamar mesin.
3. Penyediaan Peralatan Pemadam
Pemadam kebakaran di atas kapal harus selalu siap untuk dipergunakan setiap saat; maka perlu adanya :
a. Pengecekan secara periodik (oleh perwira yang bertanggung jawab).
b. Pemeliharaan.
c. Perbaikan.
d. Pengisian tabung yang tepat waktu.
4. Kapal Tenggelam
Alat – alat penolong yang wajib disediakan di atas kapal untuk bertahan hidup apabila kapal tenggelam sesuai SOLAS ’74 adalah :
a. Alat Penyelamatan Diri
Pelampung penyelamat, baju berenang, pakaian cebur, sarana pelindung panas.
b. Isyarat Visual
Cerawat tangan (redhand flare), Cerawat parasut (parachute signalI, Isyarat asap apung (buoyant smoke signal).
c. Survival Craft :
• Sekoci Penolong
• Rakit Penolong (Kembung, tegar)
d. Sekoci Penyelamat (Rescue Boat)
e. Alat – alat Peluncur dan Embarkasi
f. Roket Pelempar Tali (Line Throwing Apliances)
5. Keahlian Anak Buah Kapal (ABK)
Untuk mewujudkan tenaga kerja yang profesional di bidang pelayaran khususnya di bidang keselamatan, maka seluruh crew yang bekerja di atas kapal memiliki keterampilan yang memenuhi persyaratan IMO dan pemerintah.
Semua awak kapal harus mampu mengoperasikan dan memahami fungsi Alat-alat penolong di bawah ini :
a. Pesawat luput maut / sekoci (Survival Craft).
b. Sekoci penyelamat (Rescue Boat).
c. Pelampung penolong (Life Buoy).
d. Rompi penolong (Life Jacket).
e. Immersion suit
f. Media pelindung panas (Thermal Protective Aid).
g. Isyarat visual (Phyrotechnis).
h. Roket pelempar tali (Line Throwing Apliances).
Sijil Darurat dan Isyarat Bahaya
a. Peran dalam stasiun keadaan darurat dan kebakaran.
b. Peran meninggalkan kapal dalam “ Boat Station “.
ISYARAT BAHAYA.
a) Kebakaran Dan Keadaan Darurat
Bunyi lonceng kapal dan bunyi alarm terus menerus untuk jangka waktu 10 detik
b) Meninggalkan Kapal
O O O O O O O _______ 7 Tiup pendek dan 1 tiup panjang suling kapal, serta yang sama pada bel alarm dan bunyi alarm terus menerus.
c) Orang Jatuh Ke Laut
_____ _____ _____ Berteriak dan katakan orang jatuh kelaut sebelah kiri / kanan …… orang jatuh ke laut ke arah anjungan. (3 Tiup panjang pada suling kapa).
d) Pembatalan
O O O Dari situasi kebakaraan dan keadaan darurat 3 tiup pendek pada suling kapal dan 3 bunyi pendek pada alarm umum.
III. EVAKUASI
1. Meninggalkan Kapal (Abandon Ship)
Adalah suatu perintah nahkoda yang diambil bila mana keadaan darurat yang terjadi di atas kapal seperti : Terbakar, Bocor, tidak dapat diatasi dan mengancam keselamatan jiwa di atas hapal.
Apabila mendengar perintah meninggalkan kapal maka seluruh awak kapal harus menuju ke stasiun sekoci penolong untuk melaksanakan tugas, sesuai sijil meninggalkan kapal.
Para penumpang harus mengikuti petunjuk petugas yaitu :
• Berbaris dengan tertib untuk naik keatas sekoci penolong maupun rakit penolong kembung (arahkan dengan benar).
• Bagi yang tersesat diarahkan kembali ke sekoci yang telah di tentukan (lihat sijil sekoci)
• Komandan sekoci memeriksa anak buah atau penumpang yang akan naik di sekocinya.
• Panggil nama satu per satu, kemudian periksa kelengkapannya (topi, life jacket, pakaian secukupnya, sepatu dll).
• Pada waktu naik sekoci dahulukan :
- Anak – anak.
- Orang tua.
- Perempuan.
• Pada watu naik sekoci / rakit harap di bimbing.
2. Persiapan Sebelum Meninggalkan Kapal
Tindakan pertama mendengarkan isyarat tanda bahaya.
a. Gunakan seluruh pakaian sebagai pelindung
1. Pakailah pakaian hangat sebanyak mungkin.
2. Bawalah ID CARD dan surat penting lainnya.
3. Kenakan rompi penolong.
4. Minum air dan bila mungkin bawa air dan makan yang ada di kamar.
5. Pergilah segera ke tempat berkumpul.
b. Terjun Ke Laut Memakai Pelampung Penolong.
Bila terpaksa harus terjun kelaut, lakukanlah sesuai dengan petunjuk berikut ini :
a. Lemparkan dahulu pelampung penolong, usahakan jatuh-nya pelampung dekat dengan tempat anda jatuh ke laut.
b. Berdiri tegak di atas sisi kapal, lihat permukaan laut, kemungkinan ada pusaran laut atau benda-benda yang menghalangi.
c. Tutup mulut dan hidung dengan tangan untuk mencegah air masuk ketika terjun.
d. Loncat dengan kaki tertutup rapat dan lurus pandangan ke depan.
III. Evakuasi
Tugas ABK meluncurkan Survival Craft (Sekoci Penolong). Cara mempersiapkan sekoci, tentu saja sangat tergantung dari type dewi-dewi, perlengkapannya dan letak serta penempatan dewi-dewi di deck.
Menggunakan sekoci dengan dewi – dewi gaya berat, pelaksanaan terdiri dari 6 orang anak buah kapal.
a. Pasang plug (tutup lubang pembuangan air).
b. Periksa dan cabut harbour safety pins.
c. Lepaskan cashing / grips dan bebaskan sekoci dari baut lainnya (Periksa Triggers)
d. Periksa tali penahan (Tricing Pendants)
e. Dengan mengangkat handle dari rem, lengan dewi-dewi segera keluar, bersamaan dengan sekoci di area sampai geladak embarkasi.
f. Pasang boat swain tackle dan rapatkan sekoci ke lambung kapal.
g. Lepaskan tricing pendants (dengan melemparkan pelican hook).
h. Penumpang dan ABK naik / masuk ke sekoci (dahulukan anak-anak, perempuan dan orang tua). Duduk ditempat yang rendah dengan tenang.
i. Area boat swain tackle, lepaskan dari blok tali lopor dan lemparkan ke kapal.
j. Turunkan sekoci sampai di permukaan air, perhatikan ombak.
k. Lepaskan ganco tali lopor (hook falls), dahulukan yang di buritan atau bersamaan, dan segera pasang kemudi dan celaga (rudder and tiller)
l. Lepaskan / cabut pasak tali tangkap (toggle painter) kemudian tarik tali tangkap untuk memberikan laju terhadap sekoci.
m. Dayung sekoci menjauh dari kapal tenggelam, untuk menghindari hisapan
IV. PESAWAT LUPUT MAUT (SEKOCI PENOLONG) DAN
SEKOCI PENYELAMAT (SURVIVAL CRAFT AND RESCUE BOAT).
Pesawat luput maut (survival craft) terdiri dari :
1. Sekoci penolong (life boat)
2. Sekoci penyelamat
3. Rakit penolong.
• Rakit penolong kembung
• Rakit penolong tegak
1. Sekoci penolong (life boat), Syarat – syarat :
a. Panjang – rata rata sekoci penolong tidak boleh kurang dari 24 kaki atau 7,3 meter.
b. Harus mempunyai stabilitet yang baik di laut bebas dengan penuh muatan.
c. Mempunyai tenaga apung yang terpasang tetap, tangki-tangki tidak karat atau minyak.
d. Jika dipasang motor maka harus dipasang pelindung dari masuknya air dari depan.
e. Berat maksimum dengan segala isinya tidak boleh lebih dari 20 log ton atau 20.320 kg.
f. Sekoci yang bisa lebih dari 60 orang tapi kurang dari 100 orang harus memakai penggerak baling-baling yang digerakan dengan tenaga (mechanically propeller)
g. Bangku yang melintang dan yang dipinggir harus dipasang serendah mungkin.
h. Block Coeficient harus lebih dari 0,64 (bahan bukan dari kayu).
IV. Sekoci Penolong
Macam Sekoci Penolong
1. Sekoci Penolong Terbuka.
2. Sekoci Penolong Tertutup Sebagian.
3. Sekoci Penolong Tertutup Sebagian yang Dapat Membalik Sendiri.
4. Sekoci Penolong Tertutup Seluruhnya.
5. Sekoci Penolong dengan Sistem Udara yang Mengisi Sendiri.
6. Sekoci Penolong dengan Perlindungan Kebakaran.
A. Kapasitas Sekoci Penolong.
Rumus : Kapasitas = Isi Sekoci dalam kaki kubik
10
Atau
Rumus : Kapasitas = Isi Sekoci dalam meter kubik
0,283
Catatan : Rumus ini untuk sekoci yang panjangnya 24 kaki atau 7,3 Meter.
B. Kapasitas Sekoci Tidak Boleh Lebih dari 150 Orang.
• Dengan berat rata-rata 75 kg dan memakai rompi penolong penumpang dapat duduk. Dengan posisi normal dan tidak mengganggu alat penggerak.
• Setiap posisi tempat duduk harus di terakan dengan jelas pada sekoci penyelamat.
Jumlah Sekoci Yang Harus Dibawa Di Atas Kapal
a. Kapal Barang
Jumlah kapasitas sekoci di satu lambung harus mampu menampung seluruh orang yang berada di atas kapal.
b. Kapal Penumpang
Jumlah kapasitas sekoci di satu lambung harus mampu menampung setengah jumlah orang yang berada di atas kapal, jika jumlah kapasitas yang 50 % lagi hanya mampu menampung 37,5 %, maka 12,5 diganti dengan rakit kapsul (ILR).
c. Kapal Tanker
Di perbolehkan hanya membawa 2 sekoci penolong dengan syarat :
1. Satu sekoci di masing – masing lambung.
2. Panjang sekoci tidak boleh lebih dari 28 kaki / 8,5 meter.
3. Ujung belakang sekoci paling sedikit 1,5 x panjang sekoci di muka baling – baling.
4. Diletakkan sedekat mungkin dengan air.
Macam Rakit Penolong
• Rakit penolong yang di kembangkan (inflated)
• Rakit penolong tegar.
Persyaratan Rakit Penolong yang di Kembangkan (ILR)
a. Harus mampu bertahan terapung selama 30 hari.
b. Harus mampu dilemparkan dari ketinggian 18 meter.
c. Dilengkapi dengan sarana pelindung.
d. Kapasitas minimal 6 orang
e. Dilengkapi dengan 4 roket pelontar obor berparasut; 6 buah obor tangan; 2 isyarat asap apung.
f. Jalan masuk ke rakit minimal 1 buah
g. Terbuat dari karet
h. Harus dilengkapi dengan repair kit.
i. Pompa udara
j. Harus mempunyai stabilitas yang baik ketika terapung dengan isinya sudah terbuka.
k. Kalau dijatuhkan dari ketinggian 18 meter (60 kaki), beserta isinya tidak rusak.
l. Tutup rakit secara otomatis akan terbuka pada tempatnya ketika rakit mengembang. Tutup ini harus berfungsi juga sebagai pelindung terhadap orang-orang yang cedera dan mempunyai alat yang menampung air hujan. Diatasnya dilengkapi penerangan dan warna tutup harus menyolok.
m. Rakit ini harus dilengkapi dengan painter yang diikat pada bagian luar life line dan harus tersimpan dibagian dalam.
n. Harus bisa ditegakkan oleh satu orang, jika pada waktu terkembang terbalik.
o. Harus dilengkapi dengan pintu masuk yang dilengkapi dengan alat untuk naik dari air ke dalam rakit.
p. Pengembangan rakit kapsul dengan gas tidak mempengaruhi orang cedera (kompres gas), harus secara otomatis dengan menarik tali atau yang lainnya.
q. Alasnya harus kedap air dan harus cukup melindungi terhadap dingin.
r. a). Kapasitas = Isi Dalam Desimeter Kubik ; atau
96
= Isi Dalam Kaki Kubik
3,4
b). Kapasitas = Luas Dalam Sentimeter Persegi ; atau
3,72
= Luas Dalam Kaki Persegi
4
s. Harus sanggup dalam keadaan tidak terlindung selama 30 hari terapung di laut dalam segala macam cuaca.
t. Kapasitas antara 6 s.d. 25 orang.
u. Harus bisa dioperasikan pada temperature antara 30 oC s.d. ± 66 oC atau – 22 oF s.d. ± 150 oF
v. Dalam keadaan darurat harus mudah dilepaskan dari kapal.
i. Disimpan sedemikian rupa sehingga memungkinkan terapung bebas dari penyimpanannya, mengembang dan terputus ikatannya dari kapal ketika tenggelam. Kalau dilasing harus dilengkapi dengan alat pelepas otomatis
w. Harus dilengkapi alat untuk memudahkan ditarik.
Sekoci Penyelamat (Rescue Boat)
a. Fungsi : Untuk menolong orang jatuh ke laut.
b. Jenis sekoci penolong
• Berupa Sekoci Penolong
• Berupa Sekoci di Kembungkan
c. Persyaratan
• Panjang tidak kurang dari 3,8 meter dan tidak lebih dari 8,5 meter dan dapat mengangkut paling sedikit 5 orang dan satu orang berbaring.
• Harus dilengkapi dengan motor permanent atau tempel.
• Harus dilengkapi dengan penataan tunda permanent, untuk menunda / mengatur rakit penyelamat.
• Harus dilengkapi dengan tempat kedap air untuk menyimpan perlengkapan kecil.
• Dapat bergerak dengan kecepatan minimal 6 knot dan dapat mempertahankan kecepatan selama 4 jam.
• Bila sekoci tidak mempunyai sheer yang cukup, maka harus di lengkapi dengan penutup yang mencakup tidak kurang dari 15 % panjang sekoci.
Sekoci Penyelamat (Rescue Boat)
Persyaratan :
1. Jumlah minimum sekoci penyelamat pada kapal penumpang.
a) Kapal isi kotor > 500 ton
Paling sedik 1 sekoci penolong pada setiap sisi kapal.
b) Kapal isi kotor < 500 ton Paling sedikit membawa satu sekoci penyelamat. 2. Kapal barang paling sedikit membawa satu sekoci penyelamat untuk tiap sisi kapal. 3. Sekoci penyelamat harus ditempatkan : a. Sekoci ditempatkan dalam keadaan posisi yang layak untuk peluncuran dan pengangkatan kembali. b. Harus dalam keadaan terus menerus siap untuk diluncurkan dalam waktu tidak lebih dari 5 menit. c. Penataan sekoci penyelamatan tidak boleh merintangi pengoperasiaan pesawat luput maut lainnya. V. ALAT – ALAT PENOLONG PERORANGAN Persyaratan alat-alat penolong berdasarkan peraturan Internasional SOLAS (Safety Of Life at Sea) 1978, amandemen tahun 1983, Chapter III section II & IV, Solas 1983, meliputi :
a. Dibuat dari bahan yang tepat oleh orang yang ahli
b. Tahan terhadap suhu –30 oC s/d +65 oC.
c. Diberi warna yang menyolok.
d. Dilengkapi dengan bahan yang dapat memantulkan cahaya.
e. Dapat dioperasikan dengan mudah dan baik dalam segala kondisi laut.
f. Di beri tanda masa berlaku dengan jelas.
V. Alat Penolong Perorangan Macam – macam Alat Penolong :
a. Alat-alat penolong perorangan.
b. Isyarat-isyarat visual.
c. Rakit penolong (ILR).
d. Sekoci Penyelamat.
e. Alat-alat peluncuran dan embarkasi.
f. Alat-alat penolong lainnya Alat-alat penolong perorangan (personal life saving appliance)
a. Pelampung penolong (life buoy).
b. Rompi penolong (life jacket).
c. Pakaian cebur (Immersion suit).
d. Sarana pelindung panas (Thermal Protective aids) Syarat-syarat Pelampung Penolong – Diameter luar 800 mm dan diameter dalam 400 mm. – Dibuat dari bahan apung yang menyatu – Dapat mengapung 24 jam di air tawar dengan beban besi 14,5 kg. – Tidak terbakar / meleleh setelah terkurung api selama 2 “ – Mampu dilemparkan dari ketinggian 30 meter. – Dilengkapi tali pegangan diameter 9,5 mm dengan panjang tali 4 x diameter luar. – Dilengkapi dengan lampu yang dapat menyala sendiri. – Mempunyai berat tidak kurang dari 2,5 kg. – Dilengkapi dengan alat pemantul cahaya. – Tidak boleh rusak oleh pengaruh minyak. – Harus diberi warna yang menyolok / orange. – Harus diberi nama kapal dan pelabuhan induk dengan huruf balok. – Paling sedikit di tiap lambung ada satu pelampung yang dilengkapi dengan tali penyelamat sepanjang paling sedikit 30 m. – Pada kapal penumpang dan barang tidak kurang dari setengah jumlah pelampung penolong harus dilengkapi dengan lampu yang bisa menyala sendiri (self igniting light) yang efficient, paling sedikit 6 buah, untuk kapal penumpang :
1) Lampu yang dapat menyala sendiri (Self igniting light) tidak boleh mati oleh air, harus bisa menyala paling sedikit 120 menit. 2) Untuk tanker, lampu dengan battery – Dua pelampung penolong disamping dilengkapi dengan lampu yang dapat menyala sendiri (self igniting light) juga harus dilengkapi dengan semboyan asap siang hari (smoke signal) warna menyolok / orange, menyala paling sedikit 15 menit. – Semua pelampung penolong tidak boleh diikat kuat ke badan kapal tapi harus dengan mudah bisa dipakai.
1) Untuk kapal penumpang jumlahnya tergantung panjang kapal Panjang Kapal Jumlah Pelampung Kurang dari 60 meter : 8 buah Antara 60 dan 120 meter : 12 buah Antara 120 dan 180 meter : 18 buah Antara 180 dan 240 meter : 24 buah Lebih besar dari 240 meter : 30 buah 2) Jumlah untuk kapal barang paling sedikit 8 buah Panjang Kapal Jumlah Pelampung Kurang dari 100 meter : 8 buah Antara 100 dan 150 meter : 10 buah Antara 150 dan 200 meter : 12 buah Lebih besar dari 200 meter : 14 buah Rompi Penolong (Life Jacket)
 Satu baju berenang untuk tiap orang di atas kapal Jika baju berenang ini tidak bisa dipakai untuk anak-anak maka dilengkapi dengan ukuran anak-anak (10 %)
 Dikapal penumpang harus ada cadangan 5 % dari seluruhnya, disimpan di gudang perlengkapan (store deck).
Syarat – syarat :
 Harus dibuat dari bahan yang baik dan dikerjakan dengan sempurna.
 Harus dibuat sedemikian rupa untuk mengurangi kekeliruan memakai atau terbalik.
 Harus mampu mengangkat muka orang dari dalam air dan menahan diatas air dengan badan terlentang dalam suatu sudut miring.
 Harus mampu membalikan badan dari segala macam posisi keposisi terlentang.
 Tidak boleh rusak oleh pengaruh minyak
 Harus berwarna menyolok / orange.  Baju berenang yang dikembalikan tidak boleh dipakai dikapal tanker dan penumpang.  Tidak terbakar atau meleleh setelah terkurung api selama 2 detik  Harus mudah dan cepat digunakan (± 1 menit)  Enak dipakai  Harus tahan dari lompatan pada ketinggian min 4,5 m.  Harus mempunyai daya apung dan stabilitas tinggi.  Daya apung tidak boleh berkurang dari 5 % setelah terendam dalam air tawar selama 24 jam.  Harus dilengkapi dengan peluit.  Dilengkapi dengan lampu yang mempunyai intensitas 0,75 x cahaya lilin dengan daya tahan min 8 jam.  Kerlipan lampu baju berenang paling sedikit harus dapat berkelip 50 kali / menit.  Dilengkapi dengan alat pemantul cahaya. Pakaian Cebur (Immersion Suit) Bila pakaian cebur digunakan, orang yang memakainya harus dapat : a. Menaiki dan turun tangga vertikal sepanjang minimal 5 m. b. Dapat melaksanakan tugas selama meninggalkan kapal. c. Melompat dari ketinggian 4,5 m tanpa merusak pakaian cebur dan melukai si pemakai. d. Dapat berenang dengan jarak pendek dan memasuki Sekoci penolong. Persyaratan Umum
 Harus dibuat dari bahan tahan air
 Dapat dilepaskan dari kemasan dan dikembalikan tanpa bantuan dalam waktu 2 menit.
 Dapat digunakan bersama-sama dengan baju berenang.
 Tidak mudah terbakar atau meleleh terus menerus setelah terkurung api selama 2 detik
 Dapat menutup seluruh tubuh kecuali muka.
 Bagian tangan harus dilindungi sarung tangan secara khusus.
 Dilengkapi dengan perangkat untuk mengurangi udara yang terperangkap dibagian kaki.
 Dapat digunakan untuk melompat dari ketinggian min. 4,5 m tanpa dapat dimasuki air.
Persyaratan Khusus Pakaian Cebur :
a. Pakaian cebur yang dibuat dari material yang bukan dari bahan isolasi menyatu harus sebagai berikut : – Diberi petunjuk bahwa penggunaannya harus memakai tambahan baju hangat. – Pakaian cebur ketika digunakan dengan tambahan baju hangat dan tambahan baju renang, maka pakain cebur ini akan terus melindungi panas tubuh dengan cukup baik. – Si pemakai dapat melompat dari ketinggian 4,5 m dan dipastikan si pemakai dalam waktu 1 jam di air tenang dengan temperature 5 oC, temperature tubuh tidak turun lebih dari 2 oC.
b. Pakaian Cebur yang dibuat dari material isolasi menyatu, sbb : – Jika dipakai dengan tambahan rompi penolong, akan terus melindungi panas dengan baik. – Si pemakai dapat melompat ketinggian 4,5 m. – Si pemakai dalam waktu 6 jam berada di air tenang, temperatur ) O oC dan 2 oC temperatur tubuh tidak turun lebih dari 2 oC. VI. ISYARAT SEMBOYAN 1. Perlengkapan isyarat semboyan 1) Isyarat Visual 2) Senter untuk isyarat morse 3) Cermin isyarat untuk siang hari 4) Peluit 5) Layar warna orange pada sekoci terbuka 6) Lampu aldis Cara menggunakan cermin semboyan : 1. Cermin dimiringkan ke arah matahari untuk mendapatkan cahaya 2. Dari lubang kecil yang ada di tengah-tengah cermin kita lihat ke arah kapal yang akan dimintai pertolongan. 3. Cermin digoyangkan, sinar pantulan yang berbentuk tanda S.O.S. diarahkan ke kapal yang akan menolong. 2. Isyarat Phyrotechnique Isyarat kasat mata yang harus dibawa pada sekoci penolong maupun pada rakit penolong kembung adalah : 1) 6 buah obor tangan 2) 4 buah obor parasut 3) 2 buah isyarat asap apung. Macam-macam Isyarat Phyrotechnique 1. Cerawat Tangan (Red Hand Flare)  Tersimpan dalam tabung tahan air  Diberi petunjuk cara memakai dan mempunyai sarana penyulut sendiri  Nyala warna merah terang  Intensitas cahaya min. 15.000 x cahaya lilin  Lama menyala minimal 1 menit  Dapat menyala terus selama 10 detik walaupun terendam 100 mm dibawah permukaan air. 2. Cerawat Parasut (Parachute Signal) • Disimpan dalam tabung tahan air • Diberi petunjuk cara memakai dan mempunyai sarana penyulut sendiri • Harus mampu dilontarkan secara vertikal dalam jarak minimal 300 m. • Intensitas cahaya min. 30.000 x cahaya lilin • Lama menyala min. 40 detik • Kecepatan turun maksimum 5 m / detik 3. Isyarat Asap Apung • Tersimpan dalam tabung tahan air • Ada petunjuk cara memakainya • Tidak menimbulkan ledakan kalau menyala • Warna asap menyolok dengan waktu min 3 menit • Tidak menimbulkan nyala api • Tidak tenggelam • Dapat memancarkan asap selama 10 detik walau terendam 100 mm dibawah permukaan air 4. Line Throwing Appliances / Roket Pelempar Tali Gunanya : Sebagai alat penghubung pertama antara kapal yang ditolong dengan yang menolong, yang selanjutnya dipakai untuk keperluan lainnya. 1) Typenya harus disetujui oleh syahbandar 2) Harus mempunyai 4 (empat) gulung tali 3) Panjang tiap gulung tali 230 meter 4) Jumlah projectile 4 (empat) buah 5) Projectile harus diganti setiap 4 tahun setelah tanggal pembuatan. VII. Perlengkapan Radio Darurat (Emergency Radio) 1. Search and Rescue Transponder (Sart). A. Sart adalah : Sebuah radar yang didirikan untuk operasi pencarian / pertolongan dan membantu mendapatkan dimana posisi life raft dan life boat berada setelah kecelakaan. B. Cara Kerja Sart • Sart akan merespon secara otomatis hanya bila terintegrasi oleh sinyal radar, dengan frekwensi 9 Ghz (x Bau Radar 3 cm Radar). • Ketika diaktifkan oleh radar, sart akan memancarkan cahaya 12 sinyal frekwensi swept. Dan pada layar akan terlihat sebuah garis 12 blip, memanjang lebih dari 8 Nautical mile keluar dari posisi Sart sepanjang garis baringan. C. Kinerja Jarak • Sart akan bekerja dengan baik bila terintegrasi ke radar kapal dengan ketinggian antenna 15 meter. Dan jarak terkecil 5 Nautical Mile. • Bila terintegrasi oleh radar udara dengan daya pancar 10 kilo watt dengan ketinggian 3000 feet. Jaraknya mencapai 30 Nautical Mile. D. Cara Mengoperasikan Sart a. Untuk mengaktifkan SART, putar botton collar ke posisi “on”, L.E.D Kuning akan menyala (L.E.D = Light Emergency Device / Diode). b. Ketika SART terintegrasi sinyal radar, L.E.D hijau menyala, dengan cepat disertai dengan suara yang disebut “BUZZ” c. Putar Collar ke posisi “off” bila operasi pertolongan sudah selesai. E. Prosedur Test a. Stel radar pada jarak 10 Nautical Mile. b. Observasi layar radar c. Aktifkan radar transponder d. Pada layar akan terlihat 12 atau 14 ring, bila SART bekerja normal. e. Respon Pada Transponder dengan nada dan petunjuk L.E.D menyala terus. F. Spesifikasi SART harus di disain sedemikian rupa agar sesuai dengan semua peraturan termasuk standar kerja IMO, peralatan Radio, Rekomendasi CCIR (Consultative Committee on International Radio) dan Standar IEC (International Emergency Commitee). 1) Daerah frekwensi : 9200 – 9500 MHz 2) Kapasitas : 96 Jam → stand by 3) Polarisasi : Horizontal 4) Daya keluar : ± 400 W 5) SART harus bertanda secara permanent dengan : buatan, Type, Instruksi, tanggal kadaluarsa baterai dan identifikasi kapal. G. Kategori Sart Radar transponder dikelompokkan kedalam tiga kategori, yaitu : a. SART untuk instalasi dalam Life Boat, Raft atau kapal. b. SART Portable c. SART dipasang dalam relase-mechanism dan atau dikombinasikan dengan float free EPIRB Portable VHF Transceiver a. Portable VHF Transceiver didisain untuk digunakan dalam komunikasi jarak pendek (On – Scene) yang diperlukan setelah kecelakaan b. Semua kapal-kapal yang dicover oleh konvensi SOLAS harus dilengkapi dengan portable VHF transceiver : • Tiga buah untuk kapal diatas 500 ton gross tonnage • Dua buah untuk kapal antara 300 – 500 ton gross tonnage c. Portable VHF saat tidak digunakan untuk komunikasi di atas kapal, harus tetap berada dalam tempat pengisian batterai agar tetap dalam kondisi pengisian penuh setiap saat. d. Bila perlengkapan tersebut digunakan untuk komunikasi di atas kapal, baterai untuk keadaan darurat harus tetap dijaga dalam kondisi penuh. e. Tanda panggilan (Call Sign) kapal pada transceiver harus tahan air. f. Semua nomor chanell harus ditunjukan dalam perlengkapan tersebut. g. Spesifikasi teknis : • Daya keluar : 0,25 – 1 Watt Channel 16 Channel Simplex Internasional • Kapasitas Batterai : 8 Jam II. Emergency Position Indicating Radio Beacons (EPIRB) a. Jenis – Jenis EPIRB : a. COSPAS / SARSAT FLOAT FREE 121/140 MHz b. INMARSAT – EPIRB FLOAT FREE 1,6 GHz c. MANUAL EPIRB 121,5 MHz d. VHF DSC Channel 70 EPIRB + SART b. Basic Concept of The COSPAS/SARSAT System • COSPAS – Space System For Search And Distress Vessel • SARSAT – Space And Rescue Satellite Aided Tracking c. Cara Kerja EPIRB a. Beacon memancarkan sinyal yang dideteksi oleh satellite COSPAS/SARSAT yang dilengkapi dengan suatu alat penerima. b. Kemudian sinyal-sinyal tersebut direlay pada stasiun penerima bumi dikenal sebagai Local User Terminal (LUT) a. LUT memproses sinyal-sinyal tersebut mendapatkan posisi dan identitas Beacon. b. Tanda bahaya kemudian di relay bersama-sama dengan lokasi via Mission Control Centre (MCC) pada Rescue Coordination Centre. c. Aktivasi dimulai Satellite COSPAS/SARSAT a. 6 satellite dalam orbit b. Ketinggian orbit 850 – 1000 km diatas bumi c. Waktu putaran orbit 1 jam 40 menit BEACON COSPAS/SARSAT a. BEACON Terdiri dari : – Digital Logic Unit – Transmiter – Antenna – Satu Unit Batere b. Sinyal-sinyal yang dipancarkan adalah berita-berita digital yang terdiri dari Nationality dan identity (MMSI) kapal c. Pemancaran 406 MHz d. BEACON memancarkan sinyal berbentuk “BUSRST” setiap 50 Detik dengan durasi 0,44 detik dengan daya pancar 5 Watt. e. Pemancaran 121, 5 MHz f. Beacon Memancarkan sinyal modulasi Sweep-tone secara kontinyu dengan kekuatan ± 100 Watt. Mengaktifkan BEACON Beacon dapat diaktifkan dengan cara : 1. Manual : Switch ke posisi “ON” 2. Automat : Switch pada posisi “Armed” atau “Ready” Bila BEACON tenggelam pada kedalaman 2 – 4 m, relase mechanism akan bekerja, BEACON mengapung dan mulai memancarkan sinyal karena kontak dengan air laut. 3. Remote : BEACON dilengkapi dengan remote untuk mengaktifkan switch. Pemeliharaan : 1. EPIRB harus ditempatkan secara benar pada “Mounting Bracket”, switch pada posisi “Armed” atau “Ready” 2. Bila terjadi kerusakan mekanik pada bahan “popy-carbonate”, harus diganti. 3. Bila batere sudah kadaluarsa harus diganti. 4. Tanda panggilan (call sign) dan nomor MMSI harus permanent 5. BEACON atau RELEASE Mechanism tidak boleh dicat 6. Harus dicek tanggal kadaluarsa “Release Mechanism”, biasanya diganti setiap 2 Tahun. VIII. Permesinan Sekoci Dan Perlengkapannya 1. Menghidupkan mesin sekoci a. Persiapan sebelum dihidupkan (START) Siapkan mesin pada kondisi siap dioperasikan dengan jalan pengecekan serta pemeliharaan rutin. 1). Periksa permukaan minyak lumas secara berkala (karter dan kopling) 2). Periksa permukaan bahan bakar dalam tangki secara berkala 3). Bahan bakar tidak dapat disemprotkan melalui injector apabila pada udara dalam sistim, hal ini disebabkan karena kehabisan bahan bakar dan penggantian instalasi pada sistim bahan bakar, apabila hal ini terjadi, diperlukan priming untuk mengeluarkan udara tersebut. b. Mengeluarkan udara dalam sistim bahan bakar Putarlah handle start untuk mengeluarkan udara dalam sistim bahan bakar. 1) Longgarkan baut udara pada saringan dan biarkan sampai bahan bakar yang keluar tidak bercampur dengan udara, setelah itu kita tutup kembali. 2) Lepaskan pipa bahan bakar yang menghubungkan pompa dan injector, atau control putaran pada posisi maksimum. 3) Longgarkan delivery valve diatas pompa bahan bakar ± 2 putaran, apabila bahan bakar keluar tanpa udara, tutup kembali Delivery Valve tersebut, selanjutnya pasang pipa bahan bakar pada pompa tersebut. 4) Putarlah mesin dengan menggunakan engkol ± 30 kali sehingga bahan bakar dapat sirkulasi dan akan keluar melalui piupa bahan bakar ke injector. Apabila bahan bakar yang keluar dipastikan sudah tidak bercampur dengan udara, maka kencangkan mur pipa bahan bakar yang berhubungan dengan injector. 5) Putarlah terus mesin dengan engkol sampai terdengar bunyi tekanan bahan bakar pada injector. Apabila terdengar bunyi tersebut berarti udara tidak terdapat lagi dalam system bahan bakar. Apabila tidak atau belum terdengar bunyi tersebut berarti harus mengulangi priming lagi. Perhatian : Mesin distart setiap 10 hari dan periksalah kondisi mesin, putarlah engkol mesin sebelum dihidupkan agar pelumasan dapat merata pada bagian-bagian bergerak. Atur kedudukan governor pada posisi start dan putar engkol mesin sampai kedengaran bunyi tekanan bahan bakar pada injector. c. Prosedur start 1) Buka kran bahan bakar 2) Buka kran utama 3) Aturlah kedudukan governor pada posisi maksimum dan handle kopling pada posisi netral. 4) Angkatlah tuas decompressi dan engkol mesin diputar ± 5 sampai 6 putaran sehingga roda gila memberikan moment tertentu. 5) Lepaskan tuas decompressi sehingga mesin hidup. Apabila mesin belum hidup coba sampai 2 atau 3 kali 6) Apabila mesin hidup normal, tetapkan pada posisi putaran rendah dan masukan handle maju atau mundur dengan menambah putaran secara perlahan-lahan. d. Pengoperasian mesin sekoci 1) Periksa bahan bakar dalam tangki, tambah bila kurang. 2) Buka kran bahan bakar 3) Periksa minyak pelumas pada karter dan kopling 4) Putar handle pada saringan bahan bakar pada saluran keluar beberapa kali kekiri maupun kekanan. 5) Buka kran utama 6) Putar handle start dengan tangan untuk melumasi bagian-bagian yang bergerak. 7) Atur kedudukan governor pada posisi maksimum. 8) Putar handle start sampai terdengar bunyi tekanan bahan bakar pada injector Catatan : Apabila tidak kedengaran bunyi tekanan, berarti ada udara dalam sistim bahan bakar. Hal ini disebabkan oleh kebocoran dan kelainan pada pompa bahan bakar. Selama mesin operasi 1) Periksa air pendingin pada pipa keluar air pendingin. 2) Periksa tekanan minyak lumas pada indicator (Oil Signal), apabila normal oil signal berwarna biru. Sistim pemancar air pada sekoci (Sprinkler system) Sekoci penolong yang memiliki perlindungan terhadap kebakaran dengan semprotan air harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Air untuk keperluan tersebut harus diisap dari laut dengan pompa bermotor yang mengatur sendiri. Pompa tersebut harus dapat menghidupkan dan mematikan aliran air dibagian luar sekoci penolong. b. Pengisapan air laut harus diatur sedemikian, guna mencegah pengisapan cairan-cairan yang mudah terbakar dari permukaan laut. c. Sistim tersebut harus ditata dengan menyemburkan air tawar dan memungkinkan untuk dikeringkan sepenuhnya. Catatan : Apar yang sesuai pemadam kebakaran minyak harus disediakan adalah jenis tepung kimia kering. A. Perlengkapan Sekoci :  Alat penolong yang berbentuk gelang dan bisa terapung dilengkapi dengan talim terapung sepanjang 30 meter.  Kapasitas < 12 orang, satu pisau dengan satu ember. Kapasitas lebih dari 12 orang, dua pisau dengan dua ember.  Dua busa pengisap air lantai (sponge)  Dua jangkar apung, satu terikat tetapi satu lagi cadangan  Dua buah dayung  1 set alat-alat reparasi untuk kebocoran di ruang daya apung tiga pembuka kaleng  obat-obatan pada kemasan anti air.  Alat pembagi air anti karat  Senter tahan air yang bisa dipakai mengirim semboyan morse dengan cadangan satu set batu senter dan satu lampu.  Satu cermin semboyan dan satu suling semboyan  4 parasut merah  6 cerawat tangan (red hand flare)  2 semboyan asap  Satu set pancing  Makan  Air tawar 1,5 Liter untuk setiap orang  Pil anti mabuk laut 6 buah untuk tiap orang 1) Cara mepersiapkan sekoci, sangat tergantung dari type dewi-dewi, perlengkapannya dan letak serta penempatan dewi-dewi di dek. Menggunakan sekoci dengan dewi-dewi gaya berat. Pelaksanaan terdiri dari : 6 orang ABK : a) Periksa dan cabut harbour safety pins. b) Lepaskanlah lasing/grips sekoci, (periksa Triggers) c) Periksalah tali penahan (tricing pendant) d) Dengan mengangkat handle rem, lengan dewi-dewi segera keluar secara maksimum, blok lopor sekoci dilepas dari kait ujung dewi-dewi. Selanjutnya sekoci diarea sampai kegeladak embarkasi. e) Pasang bowsing tackle, rapatkan sekoci ke lambung kapal. f) Lepaskan tricing pendants (dengan melepas pelican hook). g) Penumpang dan ABK segera naik / masuk ke sekoci (dahulukan anak-anak, perempuan dan orang tua), duduk ditempat yang rendah dengan tenang. h) Area bowsing tackle, lepaskan dari blok tali lopor, dan lemparkan ke kapal. i) Turunkan sekoci sampai dipermukaan air, perhatikan ombak. j) Lepaskan ganco tali lopor (hook falls), dahulukan yang di buritan atau bersamaan, dan segera pasang kemudi dan celaga (rudder and tailer). k) Lepaskan / cabut pasak tali tangkap (toggle painter), kemudian tarik tali tangkap untuk memberikan laju terhadap sekoci. Petugas ganco di haluan segera menolak tangga atau lambung kapal agar sekoci bebas dari lambung kapal. 2) Menyiapkan sekoci dengan dewi-dewi ulir atau quadrantal Pelaksanaan terdiri dari : 8 orang anak buah kapal (1) Lepaskan grips / tali lasing dan bebaskan sekoci dari bantalan (2) Putar engkol agar dewi-dewi terdorong keluar sampai sekoci bebas dari lambung kapal. (3) Turunkan sekoci sampai ke geladak kapal (4) Pasang bowsing tackle untuk merapatkan sekoci kelambung kapal (5) Penumpang dan ABK segera naik / masuk ke sekoci. (6) Area bowsing tackle dan lepaskan dari blok tali lopor. (7) Turunkan sekoci sampai ke permukaan air, perhatikan ombak. (8) Lepaskan ganco tali lopor, pasang kemudi dan celaga. (9) Lepaskan pasak (toggle) tali tangkap untuk memberikan laju terhadap sekoci. Petugas ganco di haluan sekoci segera menolak tangga atau lambung kapal agar sekoci bebas dari lambung kapal. (10) Dayung sekoci menjauh dari kapal untuk menghindari pengisapan jika kapal tenggelam, perhatikan arus, pasang jangkar apung, selanjutnya menunggu bantuan / pertolongan. Pelaksanaan penurunan sekoci dipimpin oleh ABK senior dan dibantu oleh ABK yang telah ditunjuk. Jika hendak menaikkan sekoci pada kedudukan semula, maka pekerjaan tersebut di atas dilaksanakan sesuai urutan kebalikannya. 3) Menyiapkan sekoci dengan dewi-dewi sekoci radial (radial davit) Pelaksanaan terdiri dari : 10 Orang Anak Buah Kapal (1) Lepaskan tali lasing / grips dan bebaskan sekoci dari bantalannya. (2) Tarik gaya belakang dan area gay depan, buritan sekoci akan segera keluar. (3) Tarik gay belakang dan area gay depan, haluan sekoci akan segera keluar. (4) Tarik gay belakang dan area gay depan hingga sekoci berada pada posisi tengah-tengah dari kedua dewi-dewi, pasang kemudi dan celaga. (5) Turunkan sekoci sampai ke geladak embarkasi, dengan meng-area tali lopor yang dibelitkan pada bitts. (6) Tarik gaya depan dan area gay belakang, sekoci akan merapat ke lambung kapal, selanjutnya pasang bowsing tackle dan ikat kuat agar sekoci tidak terayun untuk memudahkan penumpang naik ke sekoci. (7) Penumpang dan ABK segera naik ke sekoci (8) Lepaskan bowsing tackle, tarik gay belakang dan area gay depan sampai sekoci berada pada posisi tengah-tengah dewi-dewi. (9) Turunkan sekoci sampai ke permukaan air dengan meng-area tali kopor secara bersamaan. (10) Lepaskan block tali lopor, dahulukan yang buritan atau bersaman. (11) Lepaskan pasak tali tangkap muka belakang, tolak haluan sekoci keluar, dan segera dayung sekoci menjauhi kapal lempar jangkar apung sambil menunggu bantuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar