Jumat, 04 November 2011

kapal tunda

Kapal tunda (bahasa Inggris: tugboat) adalah kapal yang dapat digunakan untuk melakukan manuver / pergerakan, utamanya menarik atau mendorong kapal lainnya di pelabuhan, laut lepas atau melalui sungai atau terusan. Kapal tunda digunakan pula untuk menarik tongkang, kapal rusak, dan peralatan lainnya.
Kapal tunda memiliki tenaga yang besar bila dibandingkan dengan ukurannya. Kapal tunda zaman dulu menggunakan mesin uap, saat ini menggunakan mesin diesel. Mesin Induk kapal tunda biasanya berkekuatan antara 750 sampai 3000 tenaga kuda (500 s.d. 2000 kW), tetapi kapal yang lebih besar (digunakan di laut lepas) dapat berkekuatan sampai 25 000 tenaga kuda (20 000 kW). Kebanyakan mesin yang digunakan sama dengan mesin kereta api, tetapi di kapal menggerakkan baling-baling. Dan untuk keselamatan biasanya digunakan minimum dua buah mesin induk.
Kapal tunda memiliki kemampuan manuver yang tinggi, tergantung dari unit penggerak. Kapal Tunda dengan penggerak konvensional memiliki baling-baling di belakang, efisien untuk menarik kapal dari pelabuhan ke pelabuhan lainnya. Jenis penggerak lainnya sering disebut Schottel propulsion system (azimuth thruster/Z-peller) di mana baling-baling di bawah kapal dapat bergerak 360° atau sistem propulsi Voith-Schneider yang menggunakan semacam pisau di bawah kapal yang dapat membuat kapal berputar 360°.



Jenis kapal tunda

  1. Kapal tunda konvensional / Towing or Pusher Tug
  2. Kapal tunda serbaguna / Utility Tug
  3. Kapal tunda pelabuhan / Harbour Tug

    Penentuan Posisi Kapal dgn Radar

    Maksud dan Tujuan Penentuan Tempat ( Posisi )
    Jika kita sudah mengetahui kedudukan (Posisi kapal) kita, maka kita memiliki titik tolak terpecaya untuk berbagai bagian kebijakan navigasi yaitu:
    • menentukan arah arah ke titik yang dituju,
    • menghindari rintangan, gosong gosong, dan bahaya bahaya lainnya,
    • menentukan haluan dan atau laju yang paling ekonomis,
    • menetapkan letak duga geografis dan menentukan ETA ( Estimated Time of Arrival ),
    • Penentuan arus yang dialami.
    Prinsip Penentuan Tempat
    Pada gambar dibawah ini terdapat 2 buah garis baringan yaitu garis baringan pertama (1) terhadap mercu suar P. Garcia  adalah LOP1 dan garis baringan kedua (2) terhadap Tanjung Pulau Ridwan adalah garis LOP2. Jika kedua baringan tersebut dilakukan bersamaan waktu dan tanpa salah, maka titik potong kedua garis baringan (LOP) merupakan posisi kapal ( S ).


    Baringan Silang
    Syarat syarat Dalam Mengambil Baringan
    Syarat syarat yang harus dipenuhi oleh baringan dapat diformulasikan sebagai berikut :
    1. Titik yang dibaring harus merupakan titik yang dikenal,
    2. Alat alat baringan yang dipergunakan harus terpasang dengan baik
    3. Baringan harus dilakukan dengan cermat dan teliti, dianjurkan dan kebiasaan yang baik untuk membaring dilakukan beberapa kali dan diambil pembacaan rata rata,
    4. Koreksi koreksi yang digunakan harus terpercaya (koreksi total, sembir dlsb),
    5. Titik dikenal yang lebih dekat letaknya, merupakan pilihan yang baik dari pada titik yang jauh dari kapal.
    Point di atas adalah prinsip yg penting dlm pengambilan baringan kapal.mengunakan kompas standard, karena kiriman video menggunakan radar jadi pada prinsip pun tak jauh beda dan bahkan lebih mudah karena di lengkapi dgn gyro compass. Yg terpenting kita mengenal betul benda navigasi yg mau di ambil.
    Penentuan posisi kapal banyak ragam dan cara tapi yg kita mau bahas disini ada 3 point yaitu:
    • Penetuan posisi kapal baringan dgn jarak menggunakan radar
    • Penentuan posisi kapal  baringan dgn baringan mengunakan radar
    • Penetuan posisi kapal jarak dgn jarak mengunakan radar

    PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI PERALATAN PELABUHAN

    Kegiatan pelayanan jasa kepelabuhanan yang diselenggarakan oleh Pelabuhan antara lain meliputi pelayanan jasa kapal, barang, alat-alat bongkar muat, penumpang, petikemas, informasi dan jasa kepelabuhanan lainnya. Untuk melaksanakan kegiatan kepelabuhanan diperlukan fasilitas-fasilitas, baik fasilitas pokok maupun fasilitas penunjang. Fasilitas pokok meliputi: perairan tempat labuh, kolam labuh, alih muat antar kapal, dermaga, terminal penumpang, pergudangan, lapangan penumpukan, terminal (untuk petikemas, curah air, curah kering dan Ro-ro), perkantoran (untuk kegiatan pemerintahan dan pelayanan jasa), fasilitas bunker (BBM), instalasi (air, listrik dan telekomunikasi), jaringan jalan dan rel kereta api, fasilitas pemadam kebakaran dan tempat tunggu kendaraan bermotor.
    Untuk menunjang pelayanan kapal, dan barang maka diperlukan peralatan pelabuhan serta instalasi penunjang lainnya yang harus diadakan Pelabuhan. Peralatan pelabuhan yang diperlukan sesuai dengan arus kegiatan kapal dan bongkar muat barang dapat dikategorikan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
    • Peralatan pelabuhan untuk melayani kapal yang akan berlabuh/bersandar dan sebaliknya.
    • Peralatan pelabuhan untuk melayani kegiatan bongkar muat barang dari/ke kapal, di lapangan/penumpukan dan masuk/keluar area pelabuhan.
    • Instalasi penunjang untuk kapal, barang dan penumpang seperti pengolahan limbah, listrik dan air.

    ISTILAH-ISTILAH DALAM BONGKAR MUAT (B/M) DI PELABUHAN

    PORT DUES:
    Biaya pelabuhan yang dikenakan untuk penggunaan fasilitas-fasilitas pelabuhan dan tidak berhubungan dengan suatu pelayanan khusus pada pelabuhan yang disinggahi.
    PORT CHARGES:
    Pungutan Pelabuhan yang dikenakan untuk suatu pelayanan khusus pada Pelabuhan yang disinggahi.
    OVERBRENGAN:
    (pindah lokasi) memindahkan barang dari gudang/ tempat penumpukan yang satu ke gudang/ tempat penumpukan yang lain dalam daerah pelabuhan atau dari ship side ke gudang khusus untuk itu
    GILIR KERJA:
    (shift) adalah jam kerja selama 8 jam termasuk istirahat 1 jam kecuali hari jum’at siang istirahat 2 jam, untuk kegiatan bongkar muat dengan penggantian tenaga kerja bongkar muat pada setiap gilir kerja
    GANG TKBM:
    jumlah tenaga tkbm dalam satu regu kerja
    STEVEDORE:
    pelaksana penyusun rencana dan pengendalian kegiatan bongkar muat di atas kapal
    QUAY SUPERVISOR :
    petugas pengendali kegiatan operasional b/m di dermaga dan mengawasi kondisi barang sampai ke tempat penimbunan atau sebaliknya.
    CHIEF TALLY:
    penyusun rencana pelaksanaan dan pengendalian perhitungan fisik, pencatatan dan survey kondisi barang pada setiap pergerakan b/m dan dokumentasi serta membuat laporan periodik.
    TELLY CLERK:
    pelaksana yang melakukan perhitungan pencatatan jumlah, merk dan kondisi setiap gerakan barang berdasarkan dokumen serta membuat laporan
    FOREMAN:
    pelaksana dan pengendali kegiatan operasional b/m dari dan ke kapal sampai ke tempat penumpukan barang atau sebaliknya, dan membuat laporan periodik hasil kegiatan bongkar muat.
    MISTRY:
    pelaksana perbaikan kemasan barang dalam kegiatan stevedoring, cargodoring dan receiving/ delivery
    WATCHMAN:
    pelaksana keamanan barang pada kegiatan stevedoring, cargodoring dan receiving/ delivery
    SLACK:
    adalah perbandingan antara kinerja yang mungkin dicapai dengan kinerja yang terealisasi.
    PERALATAN BONGKAR MUAT NON MEKANIK:
    adalah alat pokok penunjang pekerjaan b/m yang meliputi jala-jala lambung kapal (shipside net), tali baja (wire sling), tali rami manila (rope sling), jala-jala baja (wire net), jala-jala tali manila (rope net), gerobak dorong, palet.
    B/M DI REDE:
    pekerjaan b/m dari kapal yang sandar di dermaga ke tongkang di lambung kapal dan selanjutnya mengeluarkan dari tali/ jala-jala (eks tackle) dan menyusun di tongkang serta membongkar dari tongkang ke dermaga dan sebaliknya
    COMMANDING HATCH:
    palka yang menentukan dimana palka tersebut memiliki isi kerja yang paling banyak dan paling mungkin mempengaruhi waktu awal atas waktu kerja yang menyeluruh.
    LIFO TERM:
    liner in free out, merupakan kombinasi, memuat dengan menggunakan liner term dan membongkar dengan menggunakan fios term.
    FILO TERM:
    free in liner out, juga merupakan kombinasi, memuat dengan menggunakan fios term dan membongkar dengan menggunakan liner term.
    SAGGING:
    muatan terkosentrasi di tengah kapal
    HOGGING:
    muatan terkonsentrasi diujung-ujung kapal
    BULKY:
    adalah muatan yang bervolume besar tetapi muatannya ringan
    OVERSTOWING:
    adalah gambaran buruknya penumpukan (muatan yang ditumpuk untuk pelabuhan berikutnya di atas muatan muatan pelabuhan bongkar yang lebih awal)
    SHIFTING:
    meindahkan muatan di dalam palka yang sama atau ke palka yang berbeda atau lewat darat
    LASHING/ UNLANSHING:
    mengikat/ memperkuat muatan atau sebaliknya melepaskan pengikat/ penguat muatan
    DUNNAGING:
    memasang atas/ pemisah muatan
    SWEEPING :
    mengumpulkan muatan-muatan yang tercecer
    BAGGING/ UNBAGGING:
    memasukan muatan curah ke dalam karung atau sebaliknya yaitu membuka karung atau sebaliknya yaitu membuka karung dan mencurahkan muatan.
    RESTOWAGE:
    menyusun kembali muatan dalam palka
    SORTING:
    pekerjaan memilih/ memisahkan muatan yang tercampur atau muatan yang rusak.
    TRIMMING :
    meratakan muatan di dalam palka kapal.
    CLEANING :
    pekerjaan membersihkan palka kapal.
    LONGDISTANCE:
    pekerjaan cargodoring yang jaraknya mellebihi dari 130 meter.

    Macam-Macam/Jenis-Jenis Angin Lokal Di Indonesia

    Angin merupakan udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan udara maupun pergerakan bumi mengitari porosnya. Angin banyak dimanfaatkan oleh manusia untuk kesejahteraan hidupnya seperti untuk menarik perahu, sumber tenaga listrik, menyejukkan udara, pengering rambut, dan lain sebagainya.
    Semakin tinggi kita berada maka semakin kencang pula angin yang menerpa kita. Malam hari, angin tidak sekencang di siang hari. Angin di daerah wilayah khatulistiwa atau garis ekuator seperti indonesia anginnya lebih kencang daripada di daerah kutub.
    Jenis-Jenis / Macam-Macam Angin Yang Ada Di Indonesia Disertai Pengertian / Arti Definisi :
    1. Angin Laut (Angin Siang)
    Angin laut adalah angin yang bertiup dari arah laut ke arah darat yang umumnya terjadi pada siang hari dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 16.00. Angin ini biasa dimanfaatkan para nelayan untuk pulang dari menangkap ikan di laut.
    2. Angin Darat (Angin Malam)
    Angin darat adalah angin yang bertiup dari arah darat ke arah laut yang umumnya terjadi pada saat malam hari dari jam 20.00 sampai dengan jam 06.00. Angin jenis ini bermanfaat bagi para nelayan untuk berangkat mencari ikan dengan perahu bertenaga angin sederhana demi sesuap nasi.
    3. Angin Gunung (Angin Malam)
    Angin gunung adalah angin yang bertiup dari puncak gunung ke lembah gunung yang terjadi pada malam hari.
    4. Angin Lembah (Angin Siang)
    Angin lembah adalah angin yang bertiup dari arah lembah ke arah puncak gunung yang biasa terjadi pada siang hari.
    5. Angin Fohn (Angin Terjun / Angin Jatuh)
    Angin fohn adalah angin yang bertiup pada suatu wilayah dengan temperatur dan kelengasan yang berbeda. Angin fohn terjadi karena ada gerakan massa udara yang naik pegunungan yang tingginya lebih dari 200 meter di satu sisi lalu turun di sisi lain.
    Biasanya angin ini bersifat panas merusak dan dapat menimbulkan korban. Tanaman yang terkena angin ini bisa mati dan manusia yang terkena angin ini bisa turun daya tahan tubuhnya terhada serangan penyakit.
    Angin Jatuh atau Angin Terjun punya banyak nama :
    - Angin gending di Jawa Timur
    - Angin bahorok di Sumatera Utara
    - Angin barubu / Brubu di Sulawesi Selatan
    - Angin kumbang di Jawa Barat
    - Angin wambrau di Papua / Irian Jaya

    Sabtu, 18 Juni 2011

    sejarah STIP

    STIP Dahulu
     
     
    Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran adalah Pendidikan pelayaran yang berada dibawah naungan Badan Diklat Perhubungan Republik Indonesia. Berdiri sejak tahun 1953 Akademi Ilmu Pelayaran yang menyelenggarakan Program Diploma III (setara dengan BSc) dengan 2 jurusan antara lain: Nautika dan Teknika (sertifikat kompetensi Klas III), lama pendidikan 3-4 tahun.
     
     
    sejarah3

    Pada tanggal 27 februari 1957 AIP diresmikan oleh Presiden Pertama RI Ir. Soekarno. Saat itu juga menjadi Akademi Pelayaran Pertama di Indonesia. Lokasi kampus berada di Jl. Gunung Sahari, Mangga Dua Ancol, Jakarta Utara.
    Pada tahun 1962 AIP menyelenggarakan kerjasama dengan Akademi Pelayaran Amerika yaitu Kings Point untuk kelas khusus. Sejak didirikan, AIP telah memilki reputasi yang baik sebagai Pusat pendidikan Pelayaran sehingga pada tahun 1974 sampai dengan 1984 AIP berhasil menyelenggarakan pertukaran pelajar dengan Tanzania, Malaysia dan Bangladesh.
     
    Pada tahun 1964 Akademi Ilmu Pelayaran Niaga dan Akademi Telekomunikasi dilebur menjadi Akademi Ilmu Pelayaran. sehingga AIP mendapat lisensi untuk melaksanakan 4 program studi: Nautika, Teknika, Ketatalaksanaan dan Kepelabuhanan (KTK) dan Elektronika & Telekomunikasi.
     
    Pada tahun 1983 Akademi Ilmu Pelayaran berubah nama menjadi Pendidikan dan Latihan Ahli Pelayaran (PLAP) dan diberikan lisensi untuk melaksanakan program Strata A, Strata B dan Strata C dengan 4 jurusan: Nautika, Teknika, Telekomunikasi Pelayaran dan Ketatalaksanaan dan Kepelabuhanan (KTK). Strata A merupakan program 3 tahun yang setara dengan BSc dengan sertifikat kepelautan kelas 3, Strata B merupakan program 1 tahun untuk pelaut yang memiliki pengalaman berlayar 2 tahun setelah mengikuti pendidikan Starta A dan memiliki sertifikat kepelautan kelas 2 dan Strata C merupakan program pendidikan dengan sertifikat kepelautan kelas 1.
    sejarah5
     
     
    Pada tahun 1995 PLAP mendapatkan lisensi untuk menyelenggarakan Program DiplomaIV dengan 3 Jurusan: Nautika, teknika dan Ketatalaksanaan dan kepelabuhanan (KTK) yang setara dengan Sarjana program kepelautan.
    Pada tahun 1998 Institut diberi lisensi untuk menyelenggarakan DIklat Familiarization Training, Basic Safety Training, Proficiency in Survival Craft and Rescue Boat, Advance Fire Fighting, Tanker Familiarization, Oil Tanker, Liquified Gas Tanker, Chemical Tanker, GOC-GMDSS, Medical First Aid Training, Medical Care Training dan Radar /ARPA Training.
    Pada bulan maret 2000 Pendidikan dan Latihan Ahli Pelayaran (PLAP) berubah status menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) dengan struktur organisasi baru yang membuka kesempatan bagi STIP untuk menjawab tantangan melaksanakan tingkat pendidikan yang lebih tinggi sampai ke jenjang S2 dan S3.
    sejarah4
    Dan akhirnya pada bulan april 2002 STIP menempati Kampus baru di Marunda Jakarta Utara.